Redesain Masterplan Kawasan Wisata Geo Heritage Sesar Opak Bukit Mengger di Kabupaten Bantul, Yogyakarta 

Tim penyusun: 

Kearifan lokal masyarakat Yogyakarta yang dilandasi ajaran Sultan Agung mengarahkan kehidupan manusia yang berlandaskan keselarasan. Keselarasan antara Tuhan, manusia dan alam semesta dijadikan konsep dasar dalam kehidupan dirangkum menjadi 3 buah pedoman yang disebut Tri Prasetya yaitu Mamayu Hayuning Bawana, Mangasah Mingising Budi, Mamasuh Malaning Bumi. (Nugroho and Elviandri, 2018). Konsep Hamamayu Hayuning Bawono adalah keseimbangan dari aspek lingkungan, ekologi, sumber daya alam dan sosial. Usaha mencapai harmoni ini diwujudkan dengan hamemayu hayuning bawana yang dapat diartikan membangun kesejahteraan dunia/menghiasi dunia dan hamemasuh malaning bumi

yang artinya membasuh kotoran bumi. (Kurniadi, 2019). Mamasuh malaning bumi, merupakan sikap pro aktif dalam menjaga harmoni/ keselarasan bumi yang sudah terinteraksi elemen satu dengan yang lainnya. Sehingga tercipta keserasian,keserasian dan keseimbangan alam (sumber daya alam termasuk gunung, sungai, hutan dan lain sebagainya). Hamemayu Hayuning Bawana menjaga keharmonisan alam semesta dengan memperindah dunia Hamemasuh Malaning Bumi cara untuk kembali menyeimbangkan hubungan dengan lingkungan dan alam apabila telah terjadi kerusakan

Dalam konteks pengembangan Kawasan Sesar Opak Bukit Mengger yang merupakan Kawasan Cagar Alam Geologi, warisan bentang alam yang menunjukkan bukti nyata penampakan patahan sebagai akibat gempa Bantul 2006, maka kawasan ini merupakan bagian dari sarana pembelajaran manusia mengenai fenomena alam. Manusia perlu menjaga keharmonisandengan alam melalui fenomena perubahan alam (gempa) (Hamemasuh Malaning Bumi) dalam memperindah lingkungan untuk kesesejahteraan manusia (Hamemayu Hayuning Bawana) yang sadar akan resiko kebencanaan yang mungkin timbul Lokasi SOBM merupakan kawasan dengan resiko bencana gempa tinggi. Maka dari itu ada beberapa kriteria desain dalam pengembangan kawasannya, antara lain: